Minggu, 06 November 2011

Part 3: Mengembara ke Semarang Setelah 2 Tahun Menyepi :D


Selasa, 18 Oktober 2011…
            Matahari Nampak cerah ceria, mirip seseorang yang habis menang lotre. Senyumnya terus terkembang dan sinar di tubuhnya terus ditebar ke seluruh pelosok Semarang. Tapi keriangan sang mentari itu tak berlaku untuk dua pengembara dari Brebes, yaitu aku dan Ibuku. Yup, pasalnya kini aku dan Ibu sudah berada di dalam padepokan DPD Pertuni Jawa Tengah. Serius nih beneran sudah sampai di padepokan yang dicari? Iya, sepertinya aku dan Ibu memang sudah menginjak tempat yang mempunyai alamat di Jl. Badak 3 no 62 Semarang. Buktinya aku dan Ibu langsung dibimbing masuk ke dalam padepokan setelah Taxi yang membawa kami dari stasiun ke tempat ini berlalu dari pandangan kami. Dan ada satu hal lagi yang membuatku yakin bahwa tempat yang sedang kuinjak sekarang ini adalah padepokan DPD Pertuni Jawa Tengah. Ada seorang kaum adam yang memperkenalkan diri pada aku dan Ibu. Ndaru, begitulah katanya. Yaa, seorang kaum adam itu mengaku bernama Ndaru. Bingo!! Kaum adam itu adalah Pak Ndaru, ketua DPd Pertuni Jawa Tengah yang mengundangku belajar di padepokan ini. Nah, kalau sudah ada Pak Ndaru berarti aku sudah bisa tenang karena itu tandanya kami tak tersesat.
            Aku dan Ibu langsung memperkenalkan diri pada beberapa sosok yang ada di padepokan. Selain Pak Ndaru, ada juga tiga orang lainnya yaitu Mas Ari dan Mas Fadzirin sebagai pengurus padepokan, serta satu lagi Pak Mahendra seorang pengembara dari Kendal yang juga akan berguru di padepokan ini. Pelatihan tak langsung dimulai. Lebih baik chit-chat dulu saja. Yup, canda dan tawa pun meluncur dari mulut kami mengiringi obrolan dan perkenalan kami. Yang kutangkap dari pertemuan pertama ini adalah keramahan, keseruan dan kelucuan hehee. Betapa tidak, Pak Ndaru dan yang lainnya tak henti-hentinya melempar canda di ruangan yang tak kuketahui apa warna kulitnya. Baru pertama bertemu tapi aku sudah merasa betah bersama mereka. Entah mengapa aku langsung berpikiran bahwa mereka mampu mengusir mendung yang menggelayut di langitku. Berkumpul bersama mereka sepertinya akan mengusir setiap gundah dan lara. Sudah lama aku tak merasakan suasana penuh tawa macam ini. Maklum saja, aku hanya berteman dinding-dinding kamar yang beku ketika menyepi selama dua tahun lalu.
            Yang membuatku senang tak hanya canda yang dilemparkan saja, tapi kisah serta pengalaman yang terlontar dari mulut mereka pun mampu membuat mataku berbinar dan mampu membuatku berkata, “Aku harus bangkit karena aku tak sendirian!”. Dalam perbincangan yang tercipta di antara kami, aku jadi tahu kalau Mas Ari dan Pak Ndaru adalah dua sosok yang juga pernah menjalin hubungan special dengan Glaukoma, sama sepertiku. Tapi sekarang mereka sudah bercerai dengan si Glaukoma meski jejak si Glaukoma masih membekas pada kedua kaum adam itu. Ya, meski mereka telah bercerai dari Glaukoma tapi pekat tak mampu mereka hindari. Ya, sebuah ketunanetraan telah ditinggalkan oleh si Glaukoma pada kedua sosok itu. Meski demikian, mereka tetap berkreasi dan bermanfaat bagi orang lain. Oiya, ada sebuah kelakar yang dilemparkan oleh Pak Ndaru, beliau mengatakan bahwa aku, Mas Ari dan beliau adalah Glaukoma mania. Bahkan beliau mengatakan bahwa kami bisa membentuk fans club untuk Glaukoma. Hahaa…ada-ada saja. Tapi mendengar candanya itu, lelah yang kurasakan setelah menempuh perjalanan selama beberapa jam, kini musnah tergantikan tawa yang selalu menggema.
            Cekit…tiba-tiba terdengar suara sepeda motor yang terhenti di depan padepokan. Aku melongok kea rah luar. Tak kudapati apa-apa disana, yang kudapati hanya kabut putih*ya iyalah orang mataku gak awash aha*. Tak lama setelah suara sepeda motor itu lenyap, munculah sosok baru di ruangan yang sedang kuhuni ini. Rupanya sosok itu adalah sosok di balik sepeda motortadi. Mas Sigit, itulah sang pembalap yang suara sepeda motornya sempat mengalihkan pandanganku. Mas Sigit adalah seorang Mitra Bakti, sama seperti Mas Fadzirin. Oiya, kalau Mas Ari adalah seorang sekretaris di DPD Pertuni Jawa Tengah. Okay, nampaknya canda tawa kami harus diakhiri karena pelatihan akan segera dimulai. Aku pun akhirnya dibimbing untuk masuk ke ruangan yang akan aku gunakan untuk menaklukan Om JAWS.
            Yup, akhirnya aku telah duduk manis di hadapan sebuah perangkat computer. Pak Mahendra yang merupakan seorang guru di sebuah SLb di Kendal pun telah duduk manis di hadapan computer. Perkenalan dengan si PC pun dimulai. Raba-meraba pun dimulai. Dan bisikan sang JAWS pun mulai menari di telingaku. Suara magis Om JAWS sebetulnya sudah taka sing lagi di telingaku atau pun di telinga Pak Mahendra, sebab kami memang sudah mengenal JAWS sebelumnya. Perlahan-lahan Mas Ari sang instruktur senam, eh salah, maksudku sang instruktur pelatihan computer bicara mulai menulurkan ilmu yang dimilikinya. Materi-materi fundamental satu persatu kurekam dalam otak Pentium tiga-ku. Mudah-mudahan saja otakku yang ala kadarnya ini mampu menampung semua ilmu yang ditulurkan oleh sang guru yang berusia tak jauh dariku. Seru dan menyenangkan, tapi rasa nervous sepertinya menyergapku. Wah, kok bisa? Hayo…hayo…gerogi dengan sang guru ya? Hmm, entahlah…alasannya campur aduk. Mungkin gerogi pada sang guru juga betul, tapi gerogi karena factor lain pun sepertinya iya. Mungkin aku gerogi karena layar computernya dimatikan. Hah, kenapa gerogi karena itu? Ya, maklum saja lah, tiap kali aku bertatap muka dengan layar computer di rumah, wajahnya selalu berseri dengan sinar terang yang memancar dari wajahnya. Tapi kini, wajah si layar computer Nampak murung tanpa cahaya. Oh, usut punya usut para pelatih di padepokan ini sengaja mematikan layar komputernya. Mereka beralasan bahwa sinar yang dipancarkan oleh si computer akan semakin merusak mataku yang memang sudah rusak. Selain itu, mereka juga beranggapan bahwa aku akan curang dengan memnfaatkan sisa lahan yang masih berfungsi di mataku untuk melihat segala macam kalimat atau pun icon yang terpampang di wajah si computer. Okay, taka pa…meski layar dimatikan dan aku tak bisa melihat apa saja yang sedang diolah oleh si computer, yang penting aku sudah punya trik-trik untuk mengetahui apa saja yang sedang diolah oleh si computer. Okay Mas Ari, no problem deh…lanjutkan!!
            Huah, capek juga ya dari tadi meraba-raba si computer. Rasa capek sepertinya tak menjadi milikku saja. Sang guru dan yang lainnya pun merasakan capek yang kurasakan. Akhirnya pelatihan dihentikan untuk beberapa saat demi menunaikan sholat Dzuhur. Tak terasa ya sudah sampai di pertengahan hari. Akhirnya semua orang yang ada di padepokan pun beranjak pergi mencari air wudhu, sedangkan aku masih terdiam disini. Kebetulan aku sedang tidak menunaikan ibadah sholat. Tik-tok-tik…waktu terus berjalan, perut pun sudah kenyang. Ya, usai berdialog dengan Tuhan, kami pun beralih untuk berdialog dengan makanan. Perut jangan sampai kosong dan jangan biarkan cacing-cacing di perut menggelar pagelaran music keroncong heheee. Okay, kalau masalah perut sudah beres, sekarang lanjutkan kembali belajarnya. Dan akhirnya pelatihan pun dilanjutkan.
            Serius…serius dalam hal apa nih? Serius dalam hal belajar lah. Tapi keseriusan belajar sedikit terganggu oleh panas yang menyeruak. Gerah meraung-raung di ruangan ini, menciptakan bulir-bulir keringat di wajahku. Semarang benar-benar panas. Tapi taka pa lah, semua ini demi ilmu. Okay, kembali focus pada kalimat yang dilontarkan Mas Ari! Setelah aku tak lagi menghiraukan raungan sang panas, tiba-tiba ada hal lain yang mengalihkan konsentrasiku. Jepret…jepret…jepret…terdengar suara jepretan di sisi kiriku. Suara itu biasanya muncul tiap kali ada artis yang tengah mengadakan konverensi pers. Ya, suara itu adalah suara jepretan kamera. Wah, aku serasa mirip Selena Gomez deh dijepret-jepret oleh kamera para pemburu berita. Stop mengkhayal, Eka! Sekarang lebih baik cari tahu sebab musabab suara jepretan itu tercipta. Aku pun menoleh ke kanan dank e kiri, mirip seekor bebek yang hendak menyebrang di jalan raya. Tapi lagi-lagi yang kudapati hanyalah kabut putih. Ah, sudahlah…lupakan saja soal jepret-menjepret itu. Fokus saja pada tombol-tombol yang ada di hadapanmu, Eka!
            “Permisi, saya Syukron” tiba-tiba ada suara yang muncul di sisi kiriku. Kaget…kupikir apa. Tangan si pemilik kalimat tadi tiba-tiba menyalamiku. Aku pun tersenyum padanya. Kuyakin dia pun tersenyum balik padaku. Hmm, siapa ya Mas Syukron ini? “Saya dari Suara Merdeka”, lanjutnya. What, Suara Merdeka? Sepertinya aku pernah mendengar nama itu, nama itu sudah taka sing lagi di telingaku. Ya iya lah, itu kan nama surat kabar terkemuka di seantero Jawa Tengah. Oh, ternyata Mas Syukron ini adalah seorang wartawan dari Suara Merdeka. Beberapa pertanyaan pun terlontar dari mulut Mas syukron, mulai dari nama lengkapku, alamatku, pendidikan terakhirku, ilmu apa saja yang telah kukuasai dari pelatihan computer bicara ini sampai harapan-harapan pun ia tanyakan padaku. Aku berusaha menyuguhkan jawaban padanya meski dengan nada malu-malu hehee. Wawancara tak begitu lama berlangsung. Dan setelah Mas Syukron puas bertanya padaku, kini giliran yang lainnya ikut diwawancarai. Wah, seumur-umur baru kali ini aku diwawancarai oleh seorang wartawan *norak deh si Eka hahaa*.
            Pelatihan pun akhirnya berakhir seiring dengan langit kota Semarang yang mulai redup. Aku dan yang lain pun langsung berbenah diri, menghilangkan keringat yang menempel di tubuh dengan guyuran air di kamar mandi. Usai mandi, kami berchit-chat ria sambil menonton TV. Setahuku sih di ruang TV ini ada aku, Ibu, Mas Sigit, Mas Ari, dan Pak Mahendra*kayaknya sih Cuma ada segitu, kalau salah mohon maaf deh heeheee*. Cukup seru perbincangan santai sambil menonton TV ini. Kami saling berbagi cerita, mulai dari hal yang sepele sampai yang berat-berat tak luput kami bicarakan hehee. Meskipun aku Nampak ceria tapi sebenarnya tubuhku terasa tak enak. Sedikit pegal dan ngilu, mungkin ini adalah reaksi tubuhku terhadap perjalanku tadi siang. Tapi taka pa, aku masih bisa menguasai semuanya. Oiya, ada sesuatu yang dilontarkan Mas Ari yang lumayan membuat wajahku memerah bak tomat busuk. Apa itu? Hayo…hayo…hayo…ada apa nih sama Mas Ari? Tak ada apa-apa sih, aku hanya malu saja mendengar Mas Ari membahas tentang postinganku di Kartunet. Masih ingat postinganku yang berjudul “Butuh Selangkah Lagi Untuk Benar-benar Mengatakan Dream Comes True”? Nah, postingan itulah yang dibahas Mas Ari dan membuat wajahku memerah. Ternyata guruku itu membaca postinganku. Tak ada masalah sih sebenarnya, hanya saja aku malu karena yang kubahas di tulisan itu perihal rencanaku mengembara ke padepokan yang menjadi tempat Mas Ari berkantor heheee. Jadi ketahuan kan kalau aku tak punya uang untuk mengembara ke Semarang heheee. Tapi taka pa, aku malah senang tulisanku dibaca oleh guruku yang masih muda itu hahaa. Mas Ari bilang ia tak sengaja membaca tulisanku itu, ah rupanya yang ia baca itu adalah tulisan seseorang yang akan dilatihnya di padepokan ini.
            Butiran air mengalir dari atas langit, menimpa tanah dan menciptakan aroma tersendiri di mala mini. Meski hujan telah turun, tapi Semarang masih tetap panas, begitulah yang kurasakan. Meski di luar hujan dan gerah sedang kurasakan, tapi pelatihan harus segera dilanjutkan. Ya, sekarang telah lewat waktu Isya, dan sesuai jadwal tepat sekarang ini kami harus melanjutkan pelatihan computer bicara. Aku benar-benar antusias untuk melanjutkan belajarku.Berbeda dengan tadi siang, sekarang kami belajar dengan menggunakan Laptop masing-masing. Tapi tiba-tiba ada suara sepeda motor yang terhenti di luar. Aku bisa menebak siapa yang dating mala mini. Pasti yang dating itu adalah saudaraku yang kebetulan sedang berkuliah di Semarang. Sejak di rumah aku memang sudah tahu bahwa dia akan menemuiku di padepokan. Ternyata memang benar, meski hujan dia tetap dating. Jujur, kedatangan dia menemuiku sebenarnya untuk mengajakku berkeliling Semarang hehe. Rencananya dia akan mengajakku berkunjung ke tempat beberapa temanku yang juga sedang berkuliah di Semarang. Tapi rencana itu gagal karena jadwal yang tidak memungkinkan. Akhirnya cowok yang sekarang duduk di jurusan Geografi di Universitas Negeri Semarang itu hanya duduk manis di sampingku, melihatku belajar computer dan sesekali dia berbincang dengan Ibuku.
            Kembali ke pelatihan! Yang sedang dikerjakan olehku dan Pak Mahendra sekarang ini adalah mengetik. Mas Ari membacakan beberapa materi dan aku serta Pak Mahendra bertugas mencatatnya di Laptop. Hmm, sebenarnya ada yang membuat hatiku sedikit bersedih. Aku merasa kasihan pada Mas Ari. Dia terlihat sedang tak enak badan. Dia terkena flu sepertinya. Itu terbukti dari bersin yang dia tunjukkan. Meski dia sedang tak enak badan tapi dia tetap mengajariku dan Pak Hendra. Aku jadi salut padanya. Tapi tetap saja rasa tak tega kuat berkecamuk dalam diriku. Bayangkan saja, apakah tega melihat seseorang yang ada di hadapan kita  tengah bersin-bersin dan bersuara parau? Dari suaranya aku bisa menebak bahwa dia sedang kepayahan. “Aduh, Mas Ari kasihan banget deh” begitu kataku dalam hati. Sesekali kucoba menyarankannya minum obat, tapi dia rupanya sudah menelan obat yang diharapkan mampu mengusir flu yang menyerangnya. Syukurlah kalau begitu. Mudah-mudahan keadaannya cepat membaik J
            Setelah beberapa lama berjalan akhirnya pelatihan pun ditutup dan saudaraku yang semula duduk di sampingku pun kini telah tiada, ia telah kembali ke kost nya. Kini saatnya menutup mata dan mengumpulkan tenaga untuk hari esok. Aku dan Ibu tidur berdua, sedangkan Pak Mahendra, Mas Ari dan Mas Fadzirin tidur bersama. Okay, mudah-mudahan tidurku mala mini nyenyak dan esok bisa kembali melanjutkan pelatihan yang telah lama kutunggu-tunggu ini J . Good night, Semarang J
            Garing…garing…garing…garing banget deh tulisan si eka! Iya ya, tulisanku kali ini kayaknya lebih garing dari biasanya deh. Udah bisa ditebak nih, kayaknya tulisanku merusak mata dan telinga Kartuneters semua, iya kan? Aduh, maaf ya Kartuneters. Maklum lah masih amatir heheee. Jadi malu nih. Kalau gitu aku kabur aja ah! Makasih ya Kartuneters atas waktunya. Makasih juga atas jus dan cemilannya. Oiya, sebelum aku cabut, aku mau ngasih tau kalau part selanjutnya masih ada lho. Mohon ditunggu aja*PD banget, udah kayak ada yang mau nunggu aja hahaa*. Okay, aku cabut dulu ya soalnya mau jemput anak di sekolah hahaaaa….bye!
Salam Akselerasi!
Dipostkan juga di forum website www.kartunet.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar