Kamis, 26 Juli 2012

LIPUTAN: GEMA SEPAK BOLA DALAM GULITA


Kemeriahan pertandingan Sepak Bola rupanya tak hanya menggema dari ajang Piala Eropa saja, melainkan menggema pula di Lapangan Balai Pelatihan Pendidikan Kejuruan (BP DIKJUR) Semarang yang beralamat di Jl. Broto Joyo 1 kota Semarang. Sebuah Turnamen Sepak Bola memang diselenggarakan selama 3 hari yaitu pada tanggal 14 sampai 16 Juni 2012 di BP DIKJUR Semarang. Berbeda dengan Turnamen Sepak Bola pada umumnya yang biasa diisi oleh para pemain dengan kondisi fisik sempurna tanpa ada keterbatasan fisik sedikit pun, pada Turnamen yang satu ini justru diisi oleh para pemain dengan kondisi Disabilitas Netra. Ya, para Tunanetra baik dengan kondisi Totally Blind maupun Low-vision berlomba-lomba memperebutkan gelar juara dalam Turnamen Sepak Bola Tunanetra yang baru pertama kali diselenggarakan di kota Semarang ini.

            Turnamen Sepak Bola Tunanetra Jawa Tengah ini merupakan gawean dari DPD PERTUNI (Persatuan Tunanetra Indonesia) Jawa Tengah sebagai perwujudan dari program kerja tahunan sebagaimana yang telah disusun dalam Musyawarah Daerah (MUSDA) ke-V PERTUNI Jawa Tengah pada tahun 2010 silam. Meskipun baru pertama kali diadakan, namun antusiasme dari para Tunanetra Jawa Tengah begitu besar. Hal itu terbukti dari banyaknya PERTUNI cabang di beberapa kota dan kabupaten di Jawa Tengah yang ingin mengikuti Turnamen unik tersebut. Tercatat ada 9 tim dari beberapa kota/kabupaten di Jawa Tengah yang berlaga dalam Turnamen yang cukup menyita perhatian para pewarta berita baik local maupun nasional ini. Masing-masing tim beranggotakan 6 orang Tunanetra dengan klasifikasi 3 orang dengan kondisi Totally Blind dan 3 orang dengan kondisi Low-Vision. Ke Sembilan tim tersebut yaitu tim dari Salatiga, Brebes, Kudus, , Wonosobo, Magelang, Purworejo, Banjarnegara, Temanggung dan Semarang.

            Menurut Indra Kurniawan, S.h selaku Ketua Panitia Turnamen Sepak Bola Tunanetra Jawa Tengah, latar belakang didiselenggarakannya Turnamen ini karena Turnamen Sepak Bola Tunanetra ini terhitung sebagai kegiatan yang unik, mengundang rasa penasaran, serta mempunyai nilai jual sehingga mampu mengundang perhatian dari masyarakat maupun pemerintah. Selain itu, beliau juga menambahkan bahwa tujuan diselenggarakannya Turnamen Sepak Bola Tunanetra ini adalah sebagai wadah untuk menampung bakat para Tunanetra dalam bidang olahraga, untuk mempererat tali silaturahim diantara Tunanetra se-Jawa Tengah, sekaligus sebagai  sarana menumbuhkan jiwa sportifitas yang dapat dibawa dalam organisasi. Tak hanya itu, Beliau pun menuturkan bahwa Turnamen Sepak Bola Tunanetra ini dapat pula bertujuan sebagai sarana eksistensi PERTUNI dalam masyarakat.

            Ada beberapa teknis dan peraturan yang berlaku dalam Turnamen Sepak Bola Tunanetra Jawa Tengah ini. Namun seperti diakui oleh Indra Kurniawan, S.H, permainan Sepak Bola Tunanetra ini tidaklah sama seperti permainan Sepak Bola pada umumnya maupun permainan Futsal yang sekarang ini tengah “hits” di kalangan masyarakat. Perbedaan yang menyeruak bukan hanya terletak pada para pemain yang notabene adalah Tunanetra, melainkan terletak pula pada system permainan. Perbedaan itu dapat kita lihat pada jumlah pemain dan lapangan tempat berlangsungnya pertandingan. Dalam Turnamen Sepak Bola Tunanetra Jawa Tengah ini hanya terdapat 6 orang pemain dan menggunakan sebuah lapangan terbuka berukuran panjangg 30M dan lebar 20M. Nah, tentu kita semua mengetahui bahwa dalam permainan Sepak Bola harus diisi oleh sebelas pemain, sedangkan dalam Turnamen Sepak Bola Tunanetra Jawa Tengah ini hanya diisi oleh 6 pemain saja. Jika diklasifikasikan ke dalam jenis permainan Futsal pun, permainan mengolah si kulit bundar dengan lakon para Tunanetra se-Jawa Tengah ini tidaklah memenuhi syarat karena tidak menggunakan lapangan in-door.

“Meski Turnamen Sepak Bola ini tidak mengikuti peraturan permainan Sepak Bola yang telah ada, tapi kami telah emmiliki aturan sendiri sesuai dengan kemampuan kami., Yang terpenting bagi kami, Turnamen ini dapat mempererat tali persaudaraan di antara teman-teman Tunanetra di Jawa Tengah,” tutur Indra Kurniawan, S.H yang ditemui pada hari Kamis (14/06).

            Ada pun teknis dan peraturan yang berlaku dalam Turnamen yang memperebutkan Trophy sekaligus uang pembinaan ini yaitu masing-masing tim bermain 2x20 menit dengan syarat pemain Tunanetra dengan kondisi Low-Vision hanya diperbolehkan memasukan Bola ke dalam gawang sebanyak 2 gol dan selebihnya gol harus dicetak oleh pemain dengan kondisi Totally Blind.

            Dengan menggunakan Bola yang mengeluarkan suara gemerincing, para pemain harus berusaha memasukan si kulit bundar ke dalam gawang lawan yang pada masing-masing gawang telah dipasang bynyi-bynyian dari kentongan dan drum yang ditabuh oleh panitia.

            Atmosfer Keseruan pun terjadi dalam Turnamen ini dan tak jarang memicu gelak tawa dari para supporter sekaligus penonton yang berada di pinggir lapangan tanpa mempedulikan panasnya kota Semarang yang meraung-raung di lapangan BP DIKJUR Semarang. Bagaimana tidak, tak jarang para pemain gagal menendang Bola karena salah mengarahkan kaki pada si kulit bundar. Tak hanya itu, tak jarang pula para pemain berlari keluar lapangan. Selain itu, cidera ringan pun tentu mewarnai Turnamen ini. Cidera tersebut biasanya terjadi akibat benturan kaki di antara pemain mengingat keterbatasan penglihatan yang mereka miliki.

“Acaranya seru tapi lumayan capek soalnya aku lebih banyak gerak dibanding temen-temen yang Totally Blind,” ungkap Trio Aji Basuki  sebagai pemain dengan penglihatan Low-Vision dari PERTUNI cabang Brebes yang menamai tim-nya “Jack Poleng”.

Secara keseluruhan tak ada kendala yang berarti selama berlangsungnya perhelatan Turnamen Sepak Bola unik ini. Hanya saja panitia merasa penetapan teknis dan peraturan dalam Turnamen ini belumlah sempurna. Panitia mengaku, pemain umumnya membandingkan peraturan yang berlaku dalam Turnamen Sepak Bola Tunanetra Jawa Tengah tersebut dengan peraturan yang berlaku dalam permainan Sepak Bola Internasional.

“Berhubung Turnamen Sepak Bola semacam ini baru pertama kali kami selenggarakan, jadi disana-sini masih terdapat kekurangan. Biasanya pemain membandingkan peraturan yang panitia buat dengan peraturan yang sudah mereka kenal dalam permainan Sepak Bola Internasional,” ungkap Sigit Martopo selaku panitia sekaligus Mitra Bakti DPD PERTUNI Jawa Tengah.

Ungkapan bernada kecewa terhadap peraturan permainan justru terlontar dari mulut salah satu pemain. Ia merasa kecewa karena dianggap melakukan pelanggaran padahal peristiwa yang dianggap sebagai pelanggaran tersebut terjadi di luar kehendaknya sebagai Tunanetra dengan status penglihatan Totally Blind.

“Ketidak-sempurnaan dalam sebuah pertandingan tentu selalu ada, seperti pada Turnamen ini. Saya diberi kartu kuning karena tak sengaja menendang kaki pemain lain. Saya kan Tunanetra jadi saya tidak tahu yang mana kaki dan yang mana Bola. Tapi saya memaklumi semua itu karena mungkin Turnamen Sepak Bola ini pertama kali diselenggarakan sehingga panitia pun belum begitu memahami,” ungkap Febri Eko A yang tergabung dalam tim “Pandanaran FC” asal kota Semarang selepas bertanding melawan “Jack Poleng” pada Kamis (14/06).

            Menanggapi kekecawaan yang diterima oleh salah satu pemain, panitia mengaku menerima semua masukan yang terlontar dari rasa kecewa tersebut. Seperti yang dikemukakan oleh Suryandaru, S.H., S.S. selaku panitia sekaligus Ketua Umum DPD PERTUNI Jawa Tengah, segala masukan yang mampir kepada pihak penyelanggara akan diterima dengan lapang dada mengingat Turnamen ini baru pertama kali diselenggarakan dan tentunya masih banyak kekurangan disana-sini. Meski demikian, panitia telah baerusaha menjalankan tugasnya sebagaimana mestinya.

“Panitia meyakini bahwa dalam Turnamen Sepak Bola Tunanetra yang kami selenggarakan ini masih penuh kekurangan, oleh sebab itu kami menerima segala bentuk masukan dari berbagai pihak termasuk dari pemain, seperti halnya masalah sangsi oleh wasit kepada pemain. Dalam sebuah pertandingan Sepak Bola, seorang wasit memiliki hak mengatur jalannya pertandingan termasuk emmberikan sangsi kepada pemain. Dan dalam Turnamen ini wasit sejatinya telah memperhitungkan gerakan pemain yang sekiranya akan membahayakan pemain lain. Jika ada gerakan yang dapat mencelakakan pemain lain, maka mau tidak mau wasit harus memberikan sangsi kepada pemain tersebut,” tutur Suryandaru, S.H., S.S.

“Terkadang pemain tersebut tidak tahu apakah gerakan yang ia lakukan berbahaya atau tidak terhadap pemain lain. Yang mengetahui semua itu pastilah sang wasit,” lanjut beliau.

Setelah bergulat dalam pertandingan yang mendebarkan selama tiga hari berturut-turut, akhirnya pada Sabtu (16/06) diperoleh 3 tim yang berhak mendapat gelar juara I, II, dan III, sekaligus diperoleh satu tim yang berhak mendapat gelar juara harapan. Ketiga tim uara tersebut yaitu tim dari Purworejo sebagai juara I, tim dari Semarang sebagai juara II dan tim dari Kudus sebagai juara III. Sedangkan pada posisi juara harapan diduduki oleh tim dari Wonosobo. Untuk juara I, memperoleh Trophy dan uang pembinaan sebesar Rp 1.000.000,-. Sementara itu untuk jaura II dan III masing-masing memperoleh uang pembinaan sebesar Rp 750.000,- untuk juara II dan Rp 500.000,- untuk juara III. Sama besarnya dengan juara III, juara harapan pun mendapat uang pembinaan sebesar Rp 500.000,-.

“Kami berharap Turnamen ini semakin mempererat tali persaudaraan di antara teman-teman Tunanetra,” ungkap Indra Kurniawan, S.H. menggantungkan harapannya pada Turnamen Sepak Bola Tunanetra Jawa Tengah yang telah berlangsung selama tiga hari tersebut.

Dipostkan di www.kartunet.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar