Ada sedikit ungkapan sang 'Rasa'. Ini sebenernya lanjutan dari tulisan 'Epilog' Jika Rasa Berkata Versi 'Cermin'. Mungkin teman-teman bingung maksud atau
jalan cerita tulisanku ini, tapi nikmati aja ya hehehe, syukur-syukur komen dan ikut analissis hehehe. Tulisan ini jg diposting di Kartunet (
www.kartunet.com)
Hope you enjoy it!
---
Gulita memeluk mereka. Pekat tanpa cahaya, di sana mereka berada. Tangan hanya mampu meraba, penuh harap agar bertemu dengan malaikat dari syurga. Pandangan
terlempar ke segala arah namun gulita itu lebih matang dan dewasa sehingga cahaya tak kunjung datang jua.
-(0)-
Nafasnya terengah, memburu dengan waktu, mencoba mengusir diri dari pekat yang menenggelamkannya. Namun itu sia-sia. Entah telah berapa lama ia berputar,
menjejakkan kaki dari satu alur ke alur lainnya. Ia tak tahu harus mencari titik dimana lagi. Semuanya penuh dengan pekat! Tak ada cahaya, lantaas bagaimana
bisa keluar dari tempat ia berada?
“Tolong!”
Bibir tipisnya terbuka, melemparkan udara yang menggumpal menjadi kata-kata, kemudian melemparkannya ke langit-langit yang menjulang seolah tak berujung.
Namun kalimatnya hanya menguap di udara, memantul dari sudut satu ke sudut lainnya. Andai kalimat itu membeku dan menghantam pintu keluar yang ia cari
agar ia dapat keluar, tentu itu akan membuatnya bahagia.
“Kau akan mati di tempat ini!”
Ia mendengar suara menggema di sekitarnya. Bulu kuduknya berdiri, dadanya berdegup kencang, seolah-olah dinding-dinding di sekitarnya semakin bergerak ke
arahnya dan siap menghimpit tubuh kecilnya.
“Tolong!”
Suaranya kembali melolong bagai anjing yang lapar oleh dinginnya malam. Jejak kakinya berpindah mengikuti arahan dari hati kecilnya. Terus berdetak menciptakan
melodi di tempat asing tanpa terang. Yang ia harap hanya temukan terang meski nafasnya terasa sesak karena ketakutan yang memburu dalam dada.
“Uhuk…”
Ia terbatuk di tengah-tengah jejak kakinya. Nafasnya begitu sesak. Keringat dingin mengalir di dahinya tanpa peduli hal itu justru dapat menambah level
ketakutannya. Udara sepertinya semakin menipis, terbukti dari batuk yang semakin sering ia lontarkan. Ah, sial! Ketakutannya tentu menang sebab ia pasti
menganggap ia akan mati! Tak lagi ada kesempatan untuk lari! Ia akan mati di tempat asing, di tempat yang diisi oleh pekat yang tak bersahabat!
“Bersiaplah untuk mati!” ada suara merangsek ke telinganya. Suara itu semakin dekat terdengar. Apakah itu suara malaikat maut?? Ah, tidak! Bukan malaikat
maut yang ia harap, namun malaikat pembawa terang yang ia nanti kehadirannya!
“Tidak! Aku tidak akan mati di tempat ini! Aku pasti bisa keluar!”
Tak terduga! Ia menjerit melawan suara yang sedari tadi berdzikir untuk kematiannya. Ia kembali melangkah. Perlahan mengatur nafasnya, perlahan membagi
sisa udara agar masuk ke seluruh aliran kerongkongannya. Rupanya ambang kematian tak menghapus harapan dalam dirinya. Tanpa peduli sudah berapa kali ia
berputar-putar dalam pekat, ia terus jejakkan kakinya. Jalan itu pasti ada, begitu yang ada di pikirannya.
“Tuhan, ijinkan aku tetap hidup. Ijinkan aku keluar dari tempat ini. Aku ingin hidup Tuhan…”
Kini bibirnya melantunkan harap kepada Tuhan. Ia tak peduli jikalau Tuhan sebetulnya tengah mengirim malaikat maut untuk mengambil nyawanya. Ah, bisakah
ia melawan maut?? Bisakah takdirnya berubah? Omong kosong! Namun orang bijak sering berkata bahwa apabila pengharapan telah habis, maka habis pula jalan
hidupmu. Entah karena perkataaan orang bijak itu, atau karena ia yang menganggap maut tak akan datang sebelum ia merasakan tubuh mungil dalam gendongannya,
ia tetap berani menjejakkan kakinya pada poros gulita yang ada. Ia tak sadar sebetulnya hal itu dapat menghabiskan tenaganya yang sudah di batas ambang.
Dug! Ia terjatuh. Tubuhnya lemas. Pucat sekali rautnya. Inikah akhir dari hidupnya?? Akan berakhir sia-siakah detak kakinya yang ia seret sedari tadi??
Apakah Tuhan menjawab dzikirnya dengan malaikat maut yang memang telah ia siapkan???
Ia masih terduduk di lantai beku. Dingin menjalari tubuhnya, bercampur dengan rasa takut yang membakar jiwa. Air matanya kini meleleh meski basahnya hanya
ia yang dapat merasa. Lantas digerakan tangannya agar menyentuh gundukkan di perutnya. Dalam sesak ia usapkan jemarinya. Bibirnya gemetar, sedikit terbuka,
sedikit melepas udara. Ada sejuta kasih yang memancar darinya. Kasih yang coba ia utarakan pada gundukkan di perutnya.
“Malang sekali nasibmu, nak. Mengapa kau harus lahir dari rahimku?? Mengapa kau harus lahir tanpa ada lelaki di sampingmu??”
“Haruskah kau mati di sini bersamaku?? Bukankah ini dosaku, nak??”
Ia tergugu. Dicengkramnya kuat-kuat gundukan di perutnya. Ingin sekali ia keluarkan isi dalam gundukkan itu agar tak ikut mati bersamanya. Namun itu sia-sia.
Nyawa di dalam gundukkan itu terlalu kuat sepertinya. Isi dalam gundukkan itu seolah berkata, “Aku pasti hidup!”. Perkataan yang seolah-olah terbang berputar
di kepalanya itu sebetulnya justru membuat ia semakin tersiksa. Dilema, ia benar-benar dilema. Harus bagaimana?? Sementara tenaga sudah tak ada, apakah
kaki itu harus terus melangkah??
Jalan pikirannya buntu. Tak ada lelaki yang dapat memapahnya agar tetap mampu melangkah mencari terang dan jalan keluar. Ia seorang diri, hanya berteman
gulita yang sesakkan dada. Ikatan sebuah harapan seolah ingin ia lepaskan. Ia tak kuat, benar-benar tak kuat. Ia tak lagi punya tenaga. Lantas disentuhkannya
jemari lembutnya pada lantai yang ia duduki. Cukup lama ia jejakkan jemarinya disana. Beku, benar-benar beku. “Haruskah lantai ini menjadi alas kematianku?”
ia bertanya pada dirinya sendiri.
Detik berikutnya, ia usap lantai beku itu. Setelah itu, kepalanya telah tenang di atas lantai. Rambut lurusnya tergerai, jatuh dari bahu ke lantai. Ia telah
siap, begitu pun dengan kaki yang lurus di atas lantai. Sementara itu, kedua tangannya yang telah siap di atas gundukkan pada perutnya ia sempatkan mengusap
basah di kedua pipinya.
Ia menghela nafas panjang dan berat. Dari tarikannya, seolah itu adalah nafas terakhirnya. Ia seolah tak sanggup menghirup udara lagi. Kemudian ia pun berkata,
“Inikah akhir segalanya?? Akankah berakhir disini???”
“Bila memang ini takdirmu, Tuhan, biarkan yang ada dalam rahim ini mati bersamaku. Aku siap bila memang harus sekarang, Tuhan…” lemah bibirnya berucap.
Seiring dengan lemahnya bibir itu, kedua kelopak mata pun ikut melemah. Ia hendak memejamkan matanya. Untuk terakhir…ya…untuk terakhir kalinya.
‘Namun’ itu selalu ada pada setiap untaian kata, termasuk skenario sang sutradara. Maka, pengecualian itu tetap ada pada takdir makhluk di dunia…
Mata itu nyaris tertutup ketika dentang terdengar dari sudut yang tak terjamah oleh mata. Yang jelas, dentang itu ada di tempat yang sama. Ya, di tempat
yang sama dengan tubuh yang sedang meregang nyawa di atas marmer tak bernyawa.
>>Bersambung>>
Tampilkan postingan dengan label catatan idiot. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label catatan idiot. Tampilkan semua postingan
Senin, 20 April 2015
Minggu, 19 April 2015
EDISI HONG KONG : SETENGAH CEBOK, JIJIK, BUT IT'S REAL!
Warning!!
Dilarang membawa, mengunyah, menelan atau mengkonsumsi makanan selama membaca tulisan ini demi keberlangsungan hidup Anda! Jika Anda memaksa, resiko ditanggung
sendiri, dan jika bencana datang, silahkan hubungi dokter terdekat!
Culture shock…apa itu? Dulu, seinget gue, pas gue semester 3 dulu, gue belajar tentang culture shock di matkul Cross Culture Understanding. Culture shock
itu kurang lebih merupakan kondisi dimana seseorang merasa asing dan gak familiar dan ngerasa gak banget sama budaya yang baru dia temui atau alami. Culture
shock biasanya terjadi kalau kita pergi ke luar negeri. Sebetulnya gak Cuma itu sih, culture shock bisa juga menimpa kita pas kita pergi ke daerah lain
di Indonesia. Contohnya, gue sebagai orang Jawa pergi ke Manado, pasti banyak banget keterkejutan budaya yang gue alami kayak lihat orang sana makan daging
kelelawar dan sebagainya.
Pas gue belajar culture shock, dosen gue, sebut aja Bu Neni *Nama sebenarnya*, ngasih contoh culture shock yang beliau alami pas ke China dan negara-negara
lain, termasuk pas beliau baru awal-awal tinggal di Semarang. Salah satu culture shock yang beliau alami pas di China adalah toilet disana. Dan tahu gak
sih, gue ngalami culture shock yang ada kaitannya sama toilet lho!
Gak percaya?
Gue serius!
Masih gak percaya sama gue?
Ok, simak aja cerita berikut ini!
Tanggal 20 November 2014 lalu, gue berangkat ke Hong Kong sama temen gue and satu orang dosen gue. Kami pergi kesana bukan karena acara holiday, tapi karena
ada seminar yang harus gue and Ari *nama temen gue* hadiri.
Kami pake pesawat Air Asia dari Jakarta transit di Kuala Lumpur, trus lanjut ke HK. Nah, pas di Soekarno-Hatta, gue tahu banget kalau toilet di bandara
itu gak bermasalah. Maksud gue, toiletnya normal dengan closet duduk lengkap pake air dan tissue. Air yang disedian bisa buat nyiram benda asing yang nyemplung
ke closet dengan cara mencet tombol atau tuas yang nempel di closet, dan selang biasanya buat cebok. Kita tinggal arahin aja tuh selang ke *Maaf* pantat
kita sampe bersih. Selain itu, ada juga yang buat ceboknya langsung nyemprot dari dalam closet. Air bakalan keluar setelah kita pencet tombol yang juga
nempel di closet. So, pas mau cebok, kita Cuma butuh ngepasin aja *Sorry bukan bermaksud porno hahaha*. Normal kan? Closet macem itu udah sering gue lihat
di mall-mall, pom bensin, hotel, bahkan kamar mandi mantan gue, sebut aja namanya Kamboja *bukan nama sebenarnya*.
Pas di bandara Kuala Lumpur, gue sempet ke toilet juga, bahkan gue sama team gue sempet nyoba kran air minum yang tersedia. Culture shock juga sih. Kalau
kata orang jawa, gue “Gumun” gitu pas nyobain. Gumun apa sih? Gumun itu kayak heboh *Kalau gak salah*. Gimana gak heboh coba? Pas mau minum, gue Cuma butuh
muter kran dan gleg gleg gleg minum deh tuh air. Di Indonesia, tepatnya di bandara yang pernah gue lalui kayak Achmad Yani, Soekarno-Hatta and Dipati Amir,
belum ada yang punya kran minum kayak gitu. Iya gak sih? Kalau gue salah mohon diralat ya.
Setelah minum-minum air dari kran *bukan kran toilet*, gue nyobain toiletnya. Seinget gue, closetnya gak jauh beda sama di Indonesia; closetnya dilengkapi
sama selang buat cebok, tombol buat guyur benda asing berbau yang kita keluarin, and ada tissue juga yang disedian. Gak beda sama yang ada di Indonesia,
tapi jujur kalau yang di Kuala Lumpur itu lebih besar ruangannya.
Sejauh ini sih gak ada culture shock yang berarti ya. Masih terkendali. Eits, tapi gue galau pas udah sampe di HK. Kok bisa?
Yep, nyampe di bandara International HK, gue kebelet pipis. Akhirnya gue, Pak dosen *Sebut aja Pak Arief, dan itu nama sebenarnya*, plus Ari pergi ke toilet.
Finally kami nemu toilet khusus disabilitas, dan berhubung gue itu tunanetra, gue nyobain deh itu toilet. Wow, gumun lagi nih gue. Gimana gak, mau masuk
aja pintunya udah otomatis. Tinggal pencet tombol, dan jleg jleg jleg pintu toilet kebuka. Terus, pas badan gue udah masuk ke ruangan toilet, pintunya
otomatis nutup, kayak di elevator gitu deh. Bener deh, toiletnya memudahkan penyandang disabilitas. Menurut gue, model pintu kayak gitu jadi memudahkan
temen-temen tunadaksa yang mungkin bermasalah sama tangannya. Well, pas udah masuk ke dalam, ruangannya gede banget, sampe-sampe gue bisa main gobag sodor
disitu *Jangan ditiru*.
Sampe main gobag sodor, segalanya masih indah dan terkendali, tapi sehabis gue duduk di atas closet, bencana pun datang.
Galau gue!
Pas gue selesai pipis, gue bingung nyari selang buat cebok. Gak nemu sama sekali, padahal gue udah raba sana sini. Gak nemu, guys. Gimana gue cebok kalau
gak ada air. Kalau buat guyur sih gue gak bingung, soalnya closetnya udah otomatis, so pas gue berdiri, air bakalan otomatis guyur itu cairan yang gue
keluarin.
Selang…selang..where are you?
Nyerah deh! Itu selang emang gak disedian, dan satu-satunya cara buat cebok ya pake tissue. Untungya gue bawa tissue basah, so gue gak terlalu risih deh.
Rada bete sih, tapi bersyukur juga soalnya gue gak pup. Kebayang deh kalau pup gimana jadinya? Well, it’s time to say “Iiiiuuuuhhhhhh”
Gue and Ari udah nyadar kalau di HK kami ngalami culture shock kaitannya sama closet. Bukan Cuma itu, culture shock gue and Ari makin akut pas kami sampe
di hostel tempat kami nginep. Emang apa sih yang terjadi?
Yep, kami sadar ternyata kami tinggal Cuma di hostel, dan kamar mandi plus toiletnya terpisah dari kamar. So, kalau mau pup, pipis and mandi harus ke toilet
umum.
Gak masalah sih, soalnya kamar mandi umumnya asyik meskipun tiap bilik Cuma dibatasi pake gorden. Kalau gue pikir-pikir, model bilik kamar mandi kayak
gitu tuh mirip sama kamar mandi yang ada di Jepang *dulu gue pernah lihat film Jepang model kamar mandinya kayak gitu*.
Ok, gak ada trouble ya sama kamar mandi, tapi gimana soal closet? Gak begitu kaget, soalnya gue and Ari udah sadar kalau closetnya pasti gak pake air buat
cebok. But anyway, masalah yang gue and Ari hadapi adalah “Serius kita gak cebok kalau kebelet pup?”
Caranya gimana dong? Namanya manusia, pasti butuh pup, apa lagi gue and Ari bakalan stay di hostel selama 5 hari. Masa iya selama 5 hari itu gak pengen
pup?
“Gak! Gue gak bakal pup!” gue bertekad kayak gitu, tapi faktanya?
Menyedihkan, gue denger tips and trik dari temen gue katanya kalau mau pup sekalian aja pas mau mandi. Maksudnya? Gue gak begitu ngeh, tapi setelah ngeraba-raba
maksud perkataan temen gue, gue baru sadar kalau ternyata gue harus cebok di kamar mandi pake shower yang ngalir. Oh wow, can I say “Iuuuuhhhhh”?
Oh my…jorok banget…tapi itu triknya. Kalau gak puas cebok pake tissue, ya udah deh cebok pake shower, tapi harus pagi-pagi atau malem buta biar gak ada
orang hahahaha ngakak.
Meskipun gue udah tahu tips and triknya, tapi gue masih bertekad sebulat-bulatnya, bahkan lebih bulat dari muka gue sndiri bahwa “Gue gak bakalan pup!
Gue bisa tahan!”
Gitu deh tekad bulat gue. Itu prinsip gue, dan gue harus menjunjung tinggi apa yang udah gue ikrarin. Gak ada yang bisa ngehalangi tekad and prinsip gue
itu, kecuali perut yang udah sangat sangat teramat amat amat mules banget sekali parah akut stadium akhir.
Galau! Gue kebelet! Gue kebelet di pagi hari! Tahu deh semalam makan apa pas cocktail party di Cyberport. Seinget gue sih gue Cuma minum orange juice and
snack kecil-kecil salmon, jamur sama apa gitu gue lupa, tapi kok efeknya kebelet gini ya?
Gue masih bertahan. Tetep berusaha biar gak sampe duduk di atas closet pagi itu. Tapi….susah…tarikannya terlalu kuat…
Alhasil gue ngibrit ke toilet pagi-pagi buta. Gak lupa gue sekalian bawa perlengkapan mandi, biar langsung mandi. Yep, gue kan inget tips and trik yang
dikasih sama temen gue ‘Cara Cebok Jitu dengan Closet tanpa Air’.
Sesampainya gue di dalam toilet, gue gak langsung duduk di atas closet. Gue mikir dulu. Serius gak ya gue ngorbanin prinsip gue yang udah sedemikian rupa
gue ikrarin? Ah, kelamaan mikir, bisa-bisa bencana lain malah dateng. Finally gue duduk dan *lanjutin sendiri imajinasinya*.
Benda asing udah gue keluarin, sekarang tinggal cari cara buat bersihin badan. Dan setelah pake tissue, Dengan perasaan campur aduk, gue langsung ngelangkahin
kaki ke kamar mandi. Untungnya kamar mandinya deket banget, sampingan malah. Di dalam kamar mandi, gue langsung cebok sebersih-bersihnya, dan tentu aja
sambil mandi. Selesai mandi, gue langsung semprot-semprot deh itu lantai biar bersih kinclong hahaha. Tanpa gue semprot-semprotin juga sebenernya udah
bersih, soalnya kan air shower and krannya kenceng banget.
Sumpah geli banget kalau inget pengalman itu, tapi mau gimana lagi? Gue sebagai orang Indonesia yang udah kebiasaan pake air, rasanya gimana gitu kalau
gak pake air. Untungnya gak Cuma gue aja yang pake tips and trik kayak gitu, temen gue pun gitu. Dan tahu gak sih gimana pendapat temen dari negara lain?
Suatu malam, gue, Ari and temen gue dari Laos, sebut aja Lengkuas *bukan nama sebenarnya* ngerumpi depan kamar gue. Trus iseng aja gitu gue and Ari tanya
pengalaman si Lengkuas itu kaitannya soal closet. Selain itu, gue and Ari juga pengen tahu gimana culture di Laos, murni tissue atau pake air juga. Kurang
lebih begini conversation di antara kami bertiga :
Ari : Lengkuas, are you familiar with the closet in this hostel?
Lengkuas : What do you mean?
Gue : Hmm, when you want to pup, are you familiar with the closet in this hostel? You know, in HK we only use tissue for washing our ass. We don’t find
water. How about the culture in your country?
Lengkuas : What do you mean? (Keliatan gak ngerti banget)
Ari : Yeah, have you used the closet in this hostel? Maybe pup? (Ari nyoba ngejelasin)
Lengkuas : Ah..eh..hhh..I don’t understand (sambil cengar-cengir ketawa)
Gue and Ari : (garuk-garuk kepala)
Gue and Ari : Pup..pup..you know..pup…(sekuat tenaga ngejelasin)
Lengkuas : Pup? What is it? Can you explain it?
Gue and Ari : (ngelus dada)
Ari : Ok, I’ll explain it to you. Pup is eehhhh (Ari meragain gaya pup dengan suara ngeden)
Gue : (Ngakak saking gelinya)
Lengkuas : (Ketawa, tapi gue gak yakin kalau dia ngerti)
Ari : Get it? (Gue masih cekikikan)
Lengkuas : Yeah..yeah..pup..yeah some of people in my country use tissue, and some use water.
Ok, gue cut segitu aja dulu conversationnya, soalnya itu yang paling crusial hahahaha. Tapi dari conversation kami bertiga, kelihatan banget ya gue, Ari
and si Lengkuas kayak trio idiot ahhahaha. Di antara kami bertiga, Englishnya gak ada yang mumpuni alias pas-pasan semua hahahahahah.
Begitu deh culture shock yang gue alami selama di HK. Ribet sih memang. Nyusahin juga, tapi itu kan umum di HK meskipun ya buat orang Indonesia kayak gue
yang kebiasaan pake air, pastinya ribet dan iuh banget kalau harus cebok pake tissue doang. Ya gue ngerti banget itu tissue yang dipake bukan tissue biasa.
Gue yakin tissue nya khusus soalnya gak mudah rusak kecuali kalau kita buang ke closet trus kita guyur, baru deh dia ancur. Tapi ya jujur deh buat gue
itu gak banget kalau harus cebok Cuma pake tissue, berasa gak bersih gitu *Maaf gak bermaksud jorok*.
Well, cerita yang gue tulis ini fakta lho. Gue and Ari ngalami culture shock yang parah gila. Masalahnya sih bukan terletak di model toilet di HK, tapi
masalah terletak di diri gue and Ari yang susah nyesuain diri sama culture disana hahahaha. Moral value yang bisa gue dapet dari kisah ini adalah “Bawalah
tissue basah ketika Anda melancong ke luar negeri, bila perlu bawa selalu ember dan gayung demi keberlangsungan performa Anda di luar negeri” *Ngakak*.
Dilarang membawa, mengunyah, menelan atau mengkonsumsi makanan selama membaca tulisan ini demi keberlangsungan hidup Anda! Jika Anda memaksa, resiko ditanggung
sendiri, dan jika bencana datang, silahkan hubungi dokter terdekat!
Culture shock…apa itu? Dulu, seinget gue, pas gue semester 3 dulu, gue belajar tentang culture shock di matkul Cross Culture Understanding. Culture shock
itu kurang lebih merupakan kondisi dimana seseorang merasa asing dan gak familiar dan ngerasa gak banget sama budaya yang baru dia temui atau alami. Culture
shock biasanya terjadi kalau kita pergi ke luar negeri. Sebetulnya gak Cuma itu sih, culture shock bisa juga menimpa kita pas kita pergi ke daerah lain
di Indonesia. Contohnya, gue sebagai orang Jawa pergi ke Manado, pasti banyak banget keterkejutan budaya yang gue alami kayak lihat orang sana makan daging
kelelawar dan sebagainya.
Pas gue belajar culture shock, dosen gue, sebut aja Bu Neni *Nama sebenarnya*, ngasih contoh culture shock yang beliau alami pas ke China dan negara-negara
lain, termasuk pas beliau baru awal-awal tinggal di Semarang. Salah satu culture shock yang beliau alami pas di China adalah toilet disana. Dan tahu gak
sih, gue ngalami culture shock yang ada kaitannya sama toilet lho!
Gak percaya?
Gue serius!
Masih gak percaya sama gue?
Ok, simak aja cerita berikut ini!
Tanggal 20 November 2014 lalu, gue berangkat ke Hong Kong sama temen gue and satu orang dosen gue. Kami pergi kesana bukan karena acara holiday, tapi karena
ada seminar yang harus gue and Ari *nama temen gue* hadiri.
Kami pake pesawat Air Asia dari Jakarta transit di Kuala Lumpur, trus lanjut ke HK. Nah, pas di Soekarno-Hatta, gue tahu banget kalau toilet di bandara
itu gak bermasalah. Maksud gue, toiletnya normal dengan closet duduk lengkap pake air dan tissue. Air yang disedian bisa buat nyiram benda asing yang nyemplung
ke closet dengan cara mencet tombol atau tuas yang nempel di closet, dan selang biasanya buat cebok. Kita tinggal arahin aja tuh selang ke *Maaf* pantat
kita sampe bersih. Selain itu, ada juga yang buat ceboknya langsung nyemprot dari dalam closet. Air bakalan keluar setelah kita pencet tombol yang juga
nempel di closet. So, pas mau cebok, kita Cuma butuh ngepasin aja *Sorry bukan bermaksud porno hahaha*. Normal kan? Closet macem itu udah sering gue lihat
di mall-mall, pom bensin, hotel, bahkan kamar mandi mantan gue, sebut aja namanya Kamboja *bukan nama sebenarnya*.
Pas di bandara Kuala Lumpur, gue sempet ke toilet juga, bahkan gue sama team gue sempet nyoba kran air minum yang tersedia. Culture shock juga sih. Kalau
kata orang jawa, gue “Gumun” gitu pas nyobain. Gumun apa sih? Gumun itu kayak heboh *Kalau gak salah*. Gimana gak heboh coba? Pas mau minum, gue Cuma butuh
muter kran dan gleg gleg gleg minum deh tuh air. Di Indonesia, tepatnya di bandara yang pernah gue lalui kayak Achmad Yani, Soekarno-Hatta and Dipati Amir,
belum ada yang punya kran minum kayak gitu. Iya gak sih? Kalau gue salah mohon diralat ya.
Setelah minum-minum air dari kran *bukan kran toilet*, gue nyobain toiletnya. Seinget gue, closetnya gak jauh beda sama di Indonesia; closetnya dilengkapi
sama selang buat cebok, tombol buat guyur benda asing berbau yang kita keluarin, and ada tissue juga yang disedian. Gak beda sama yang ada di Indonesia,
tapi jujur kalau yang di Kuala Lumpur itu lebih besar ruangannya.
Sejauh ini sih gak ada culture shock yang berarti ya. Masih terkendali. Eits, tapi gue galau pas udah sampe di HK. Kok bisa?
Yep, nyampe di bandara International HK, gue kebelet pipis. Akhirnya gue, Pak dosen *Sebut aja Pak Arief, dan itu nama sebenarnya*, plus Ari pergi ke toilet.
Finally kami nemu toilet khusus disabilitas, dan berhubung gue itu tunanetra, gue nyobain deh itu toilet. Wow, gumun lagi nih gue. Gimana gak, mau masuk
aja pintunya udah otomatis. Tinggal pencet tombol, dan jleg jleg jleg pintu toilet kebuka. Terus, pas badan gue udah masuk ke ruangan toilet, pintunya
otomatis nutup, kayak di elevator gitu deh. Bener deh, toiletnya memudahkan penyandang disabilitas. Menurut gue, model pintu kayak gitu jadi memudahkan
temen-temen tunadaksa yang mungkin bermasalah sama tangannya. Well, pas udah masuk ke dalam, ruangannya gede banget, sampe-sampe gue bisa main gobag sodor
disitu *Jangan ditiru*.
Sampe main gobag sodor, segalanya masih indah dan terkendali, tapi sehabis gue duduk di atas closet, bencana pun datang.
Galau gue!
Pas gue selesai pipis, gue bingung nyari selang buat cebok. Gak nemu sama sekali, padahal gue udah raba sana sini. Gak nemu, guys. Gimana gue cebok kalau
gak ada air. Kalau buat guyur sih gue gak bingung, soalnya closetnya udah otomatis, so pas gue berdiri, air bakalan otomatis guyur itu cairan yang gue
keluarin.
Selang…selang..where are you?
Nyerah deh! Itu selang emang gak disedian, dan satu-satunya cara buat cebok ya pake tissue. Untungya gue bawa tissue basah, so gue gak terlalu risih deh.
Rada bete sih, tapi bersyukur juga soalnya gue gak pup. Kebayang deh kalau pup gimana jadinya? Well, it’s time to say “Iiiiuuuuhhhhhh”
Gue and Ari udah nyadar kalau di HK kami ngalami culture shock kaitannya sama closet. Bukan Cuma itu, culture shock gue and Ari makin akut pas kami sampe
di hostel tempat kami nginep. Emang apa sih yang terjadi?
Yep, kami sadar ternyata kami tinggal Cuma di hostel, dan kamar mandi plus toiletnya terpisah dari kamar. So, kalau mau pup, pipis and mandi harus ke toilet
umum.
Gak masalah sih, soalnya kamar mandi umumnya asyik meskipun tiap bilik Cuma dibatasi pake gorden. Kalau gue pikir-pikir, model bilik kamar mandi kayak
gitu tuh mirip sama kamar mandi yang ada di Jepang *dulu gue pernah lihat film Jepang model kamar mandinya kayak gitu*.
Ok, gak ada trouble ya sama kamar mandi, tapi gimana soal closet? Gak begitu kaget, soalnya gue and Ari udah sadar kalau closetnya pasti gak pake air buat
cebok. But anyway, masalah yang gue and Ari hadapi adalah “Serius kita gak cebok kalau kebelet pup?”
Caranya gimana dong? Namanya manusia, pasti butuh pup, apa lagi gue and Ari bakalan stay di hostel selama 5 hari. Masa iya selama 5 hari itu gak pengen
pup?
“Gak! Gue gak bakal pup!” gue bertekad kayak gitu, tapi faktanya?
Menyedihkan, gue denger tips and trik dari temen gue katanya kalau mau pup sekalian aja pas mau mandi. Maksudnya? Gue gak begitu ngeh, tapi setelah ngeraba-raba
maksud perkataan temen gue, gue baru sadar kalau ternyata gue harus cebok di kamar mandi pake shower yang ngalir. Oh wow, can I say “Iuuuuhhhhh”?
Oh my…jorok banget…tapi itu triknya. Kalau gak puas cebok pake tissue, ya udah deh cebok pake shower, tapi harus pagi-pagi atau malem buta biar gak ada
orang hahahaha ngakak.
Meskipun gue udah tahu tips and triknya, tapi gue masih bertekad sebulat-bulatnya, bahkan lebih bulat dari muka gue sndiri bahwa “Gue gak bakalan pup!
Gue bisa tahan!”
Gitu deh tekad bulat gue. Itu prinsip gue, dan gue harus menjunjung tinggi apa yang udah gue ikrarin. Gak ada yang bisa ngehalangi tekad and prinsip gue
itu, kecuali perut yang udah sangat sangat teramat amat amat mules banget sekali parah akut stadium akhir.
Galau! Gue kebelet! Gue kebelet di pagi hari! Tahu deh semalam makan apa pas cocktail party di Cyberport. Seinget gue sih gue Cuma minum orange juice and
snack kecil-kecil salmon, jamur sama apa gitu gue lupa, tapi kok efeknya kebelet gini ya?
Gue masih bertahan. Tetep berusaha biar gak sampe duduk di atas closet pagi itu. Tapi….susah…tarikannya terlalu kuat…
Alhasil gue ngibrit ke toilet pagi-pagi buta. Gak lupa gue sekalian bawa perlengkapan mandi, biar langsung mandi. Yep, gue kan inget tips and trik yang
dikasih sama temen gue ‘Cara Cebok Jitu dengan Closet tanpa Air’.
Sesampainya gue di dalam toilet, gue gak langsung duduk di atas closet. Gue mikir dulu. Serius gak ya gue ngorbanin prinsip gue yang udah sedemikian rupa
gue ikrarin? Ah, kelamaan mikir, bisa-bisa bencana lain malah dateng. Finally gue duduk dan *lanjutin sendiri imajinasinya*.
Benda asing udah gue keluarin, sekarang tinggal cari cara buat bersihin badan. Dan setelah pake tissue, Dengan perasaan campur aduk, gue langsung ngelangkahin
kaki ke kamar mandi. Untungnya kamar mandinya deket banget, sampingan malah. Di dalam kamar mandi, gue langsung cebok sebersih-bersihnya, dan tentu aja
sambil mandi. Selesai mandi, gue langsung semprot-semprot deh itu lantai biar bersih kinclong hahaha. Tanpa gue semprot-semprotin juga sebenernya udah
bersih, soalnya kan air shower and krannya kenceng banget.
Sumpah geli banget kalau inget pengalman itu, tapi mau gimana lagi? Gue sebagai orang Indonesia yang udah kebiasaan pake air, rasanya gimana gitu kalau
gak pake air. Untungnya gak Cuma gue aja yang pake tips and trik kayak gitu, temen gue pun gitu. Dan tahu gak sih gimana pendapat temen dari negara lain?
Suatu malam, gue, Ari and temen gue dari Laos, sebut aja Lengkuas *bukan nama sebenarnya* ngerumpi depan kamar gue. Trus iseng aja gitu gue and Ari tanya
pengalaman si Lengkuas itu kaitannya soal closet. Selain itu, gue and Ari juga pengen tahu gimana culture di Laos, murni tissue atau pake air juga. Kurang
lebih begini conversation di antara kami bertiga :
Ari : Lengkuas, are you familiar with the closet in this hostel?
Lengkuas : What do you mean?
Gue : Hmm, when you want to pup, are you familiar with the closet in this hostel? You know, in HK we only use tissue for washing our ass. We don’t find
water. How about the culture in your country?
Lengkuas : What do you mean? (Keliatan gak ngerti banget)
Ari : Yeah, have you used the closet in this hostel? Maybe pup? (Ari nyoba ngejelasin)
Lengkuas : Ah..eh..hhh..I don’t understand (sambil cengar-cengir ketawa)
Gue and Ari : (garuk-garuk kepala)
Gue and Ari : Pup..pup..you know..pup…(sekuat tenaga ngejelasin)
Lengkuas : Pup? What is it? Can you explain it?
Gue and Ari : (ngelus dada)
Ari : Ok, I’ll explain it to you. Pup is eehhhh (Ari meragain gaya pup dengan suara ngeden)
Gue : (Ngakak saking gelinya)
Lengkuas : (Ketawa, tapi gue gak yakin kalau dia ngerti)
Ari : Get it? (Gue masih cekikikan)
Lengkuas : Yeah..yeah..pup..yeah some of people in my country use tissue, and some use water.
Ok, gue cut segitu aja dulu conversationnya, soalnya itu yang paling crusial hahahaha. Tapi dari conversation kami bertiga, kelihatan banget ya gue, Ari
and si Lengkuas kayak trio idiot ahhahaha. Di antara kami bertiga, Englishnya gak ada yang mumpuni alias pas-pasan semua hahahahahah.
Begitu deh culture shock yang gue alami selama di HK. Ribet sih memang. Nyusahin juga, tapi itu kan umum di HK meskipun ya buat orang Indonesia kayak gue
yang kebiasaan pake air, pastinya ribet dan iuh banget kalau harus cebok pake tissue doang. Ya gue ngerti banget itu tissue yang dipake bukan tissue biasa.
Gue yakin tissue nya khusus soalnya gak mudah rusak kecuali kalau kita buang ke closet trus kita guyur, baru deh dia ancur. Tapi ya jujur deh buat gue
itu gak banget kalau harus cebok Cuma pake tissue, berasa gak bersih gitu *Maaf gak bermaksud jorok*.
Well, cerita yang gue tulis ini fakta lho. Gue and Ari ngalami culture shock yang parah gila. Masalahnya sih bukan terletak di model toilet di HK, tapi
masalah terletak di diri gue and Ari yang susah nyesuain diri sama culture disana hahahaha. Moral value yang bisa gue dapet dari kisah ini adalah “Bawalah
tissue basah ketika Anda melancong ke luar negeri, bila perlu bawa selalu ember dan gayung demi keberlangsungan performa Anda di luar negeri” *Ngakak*.
Kamis, 14 Maret 2013
Vocabulary of Javaness (Kosa Kata Bahasa Jawa) Part 1
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya baik Sumber Daya Alam, ragam budaya seperti tarian, adat istiadat, suku dan bahasa. Kalo mau dihitung-hitung, mungkin kalkulator jebol saking banyaknya nominal yang mesti diketikkan demi menghitung jumlah ragam budaya di Indonesia. Seperti halnya bahasa, kita semua tentu tahu kan ada berapa banyak jenis bahasa daerah di Indonesia mulai dari Sabang sampai Merauke. Wah, tak terhingga...
Macam-macam bahasa yang ada di Indonesia dianaranya adalah Bahasa Sunda, Jawa, Betawi, Melayu, dan sebagainya. Tiap bahasa tersebut punya ciri khas masing-masing. Mungkin kalo kita gak berasall dari daerah dimana bahasa tersebut dilahirkan, besar kemungkinan kita gak bakal bisa berbahasa sebagaimana orang-orang yang ada di daerah tersebut. Tapi gak usah khawatir...meskipun kita gak bisa and gak ngerti, tapi bukan berarti kita gak bisa mencoba untuk mempelajarinya kan????
Yup, belajar bahasa daerah! Itu bisa kita lakukan. Bahsa asing kayak Bahasa Inggris aja kita pelajari, masa bahasa yang ada di Indonesia aja kita gak mau pelajari...malu dong...
Well, ngomong-ngomong soal belajar bahasa daerah, aku sekarang ini sedikit demi sedikit lagi nyoba belajar Bahasa Jawa. Yup, setahun lebih tinggal di Semarang, sedikit banyak otakku ini udah nampung beberapa kosa kata Bahasa Jawa. Maklum aja, aku ini Sundaness. Hmm, sebenernya sih aku tinggal di Jawa Tengah juga, tapi Bahasa sehari-hariku di rumah adalah Bahasa Sunda, jadi ya gak ngerti Bahasa Jawa. Ngerti dikit sih, tapi Bahasa Jawa ngapak-ngapak, bukan Jawa Semarangan apa lagi Jogja. Maklum, aku kan tinggal di Brebes yang emang merupakan sirkum Bahasa Ngapak-ngapak wkwkwkwk...
Nah, beberapa Vocabulary yang kudapat dari hasil listening-ku terhadap beberapa orang-orang Jawa adalah :
1. Usungi-ngangkutin
2. Nyeluki - mangil
3. Mutung - ngambek
4. Ngapusi - bohong
5. emplok - dimakan/dimsukin ke dalam mulut
6. Mentel - ganjen
7. Jongkat - sisir
8. Macak - berhias
9. Cedak - deket
10. Nyepake - nyediain
11. Gujengi - megangin
12. Mesake - kasihan
13. Nesu - marah
14. Nginceng - ngintip
15. Mandi - manjur
16. Meh -mau (akan)
17. Jipuk - ngambil
Hmm, kayaknya baru segitu tuh yang lewat dipiranku pas mosting tulisan ini. Sebenernya masi ada banyak lagi, tp aku mesti recall dulu wkwkwkwk...
Tenang, nanti aku update lagi. Oiya, kalo ada yang salah, harap bantu dikoreksi ya!!!
Kosa kata Bahasa Jawa yang kupunya juga berkat jasa teman-teman di FIB Sastra Inggris UDINUS :)
Ok deh, see yaaaa...
Salam Idiot!!!
Macam-macam bahasa yang ada di Indonesia dianaranya adalah Bahasa Sunda, Jawa, Betawi, Melayu, dan sebagainya. Tiap bahasa tersebut punya ciri khas masing-masing. Mungkin kalo kita gak berasall dari daerah dimana bahasa tersebut dilahirkan, besar kemungkinan kita gak bakal bisa berbahasa sebagaimana orang-orang yang ada di daerah tersebut. Tapi gak usah khawatir...meskipun kita gak bisa and gak ngerti, tapi bukan berarti kita gak bisa mencoba untuk mempelajarinya kan????
Yup, belajar bahasa daerah! Itu bisa kita lakukan. Bahsa asing kayak Bahasa Inggris aja kita pelajari, masa bahasa yang ada di Indonesia aja kita gak mau pelajari...malu dong...
Well, ngomong-ngomong soal belajar bahasa daerah, aku sekarang ini sedikit demi sedikit lagi nyoba belajar Bahasa Jawa. Yup, setahun lebih tinggal di Semarang, sedikit banyak otakku ini udah nampung beberapa kosa kata Bahasa Jawa. Maklum aja, aku ini Sundaness. Hmm, sebenernya sih aku tinggal di Jawa Tengah juga, tapi Bahasa sehari-hariku di rumah adalah Bahasa Sunda, jadi ya gak ngerti Bahasa Jawa. Ngerti dikit sih, tapi Bahasa Jawa ngapak-ngapak, bukan Jawa Semarangan apa lagi Jogja. Maklum, aku kan tinggal di Brebes yang emang merupakan sirkum Bahasa Ngapak-ngapak wkwkwkwk...
Nah, beberapa Vocabulary yang kudapat dari hasil listening-ku terhadap beberapa orang-orang Jawa adalah :
1. Usungi-ngangkutin
2. Nyeluki - mangil
3. Mutung - ngambek
4. Ngapusi - bohong
5. emplok - dimakan/dimsukin ke dalam mulut
6. Mentel - ganjen
7. Jongkat - sisir
8. Macak - berhias
9. Cedak - deket
10. Nyepake - nyediain
11. Gujengi - megangin
12. Mesake - kasihan
13. Nesu - marah
14. Nginceng - ngintip
15. Mandi - manjur
16. Meh -mau (akan)
17. Jipuk - ngambil
Hmm, kayaknya baru segitu tuh yang lewat dipiranku pas mosting tulisan ini. Sebenernya masi ada banyak lagi, tp aku mesti recall dulu wkwkwkwk...
Tenang, nanti aku update lagi. Oiya, kalo ada yang salah, harap bantu dikoreksi ya!!!
Kosa kata Bahasa Jawa yang kupunya juga berkat jasa teman-teman di FIB Sastra Inggris UDINUS :)
Ok deh, see yaaaa...
Salam Idiot!!!
The Secret of Lesung Pipit
Bagi penikmat film India alias
Bollywood, pasti udah gak asing lagi sama yang namanya “Pretty Shinta”. Muka
cantik bintang film yang satu ini emang udah sering wara-wiri di layar kaca.
Beberapa judul film yang dibintanginya pernah booming banget di Indonesia,
sampe-sampe merasuk ke sanubari orang ndonesia yang akhirnya muncul demam
Bollywood gitu. Untung aja gak kelewat batas; gak sampe lari-larian di taman
sambil nyanyi-nyanyi pake selendang segala wkwkwkwk. Nah, kalo ngebayangin yang
namanya Pretty Shinta, apa yang pertama kali terlintas di pikiran kita??? Ayo piker
piker! Nah, selagi mikir, kita coba pindah ke cewek lain yang gak kalah
cantiknya. Siapa hayoooo??? Yuk,let’s check her out!!
Siapa diantara kita yang sering
nonton acara gossip??? Silet kek, was—was kek, insert kek, up to you aja lah,
yang penting pernah nonton acara gossip kan???
Well, kalo semuanya udah pernah nonton, pasti pernah denger gossip soal “Syahrul
Gunawan” kan??
Nah, ada yang inget gak dulu
siapa yang jadi partner gossip Aa Alul *sok akrab* di acara gosip? Inisialnya “IN”...ayooo...thu
kan??? Yup, bener banget, his partner’s Intan Nuraini.
Nah, Intan Nuraini ini tentu udah
gak asing lagi kan di layar kaca, bukan sekedar karena dia pernah punya
hubungan sama Aa Alul, tapi karena dia juga artis sekaligus singer. Terus kalo
kita jejerin sama Pretty Shinta, kira-kira apa persamaannya???
Ayo, bayangan Pretty Shnta nya
dimunculin lagi, eluarin!! Nah, anggap aja sekarang kita lagi jejerin mukanyaPretty
and Intan, terus apa dong yang bisa kita simpulin???
Lesung Pipit!!”
Ya, lesung pipit adalah persamaan
yang ada di antara mereka. Keduanya emang punya cekungan di pipinya. Dan cekungan
itu bisa jadi nilai plus buat mereka. Ya, mereka kelihatan lebih cute and
cantik. Tapi bener gak sih kalo lesung pipit itu bisa bikin kita makin ok, yang
cewek makin cantik and yang cowok makin ganteng??? Sebelum kita jawab
pertanyaan itu, mending kita bahas dulu aja deh mitos soal “Lesung Pipit”.
Lesung pipit atau dalam Bahasa Jawa
iasa disebut “Dekik”” and dalam Bahassa Sunda disebut “Pekok”, biasanya bsa
diciptakan cukup dengan cabai atau bawang merah. Tapi itu menurut versi
masyarakat, termasuk nenekku. Ya, kebanyakan masyarakat kita emang percaya kalo
yang namanya lesung pipit itu bisa diciptakan ketika seorang bayi baru lahir
dari Rahim ibunya. Tepat setelah si bayi brojol *bahasa yang tidak
disempurnakan wkwkwkwk*, kita bisa langsung make over si abayi. Mungkin yang
awalnya shock lihat bayinya yang mrip banget sama kita, kurang cantik and
terkesan jelek, kita gak usah galau. Cukup ambil cabe atau bawang merah, maka
semua kegalauan kita terselesaikan. Mau tahu caranya? Gampang! Ayo lihat
tutorial di bawah ini :
Tutorial menghilangkan efek jelek
pada bayi :
1. Siapkan
1 cabai hijau/merah atau bawang merah.
2. Kemudian,
ketika bayi Ada keluar dari Rahim Ada, tempelkan cabai/bawang yang tadi sudah
disiapkan pada pipi sang bayi.
3. Setelah
itu tunggu beberapa bulan.
4. Setelah
beebrapa bulan, efek jelek pada bayi akan menghilang dengan sendirinya dan
berganti dengan wajah yang mempesona.
Nah, itu dia
tutorial menghilangkan efek jelek pada bayi. Bagi yang mau mencoba ya silahkan
aja, tapi gak janji juga deh bakalan berhasil. Kalo kadar kejelekannya udah
tinggi banget, kayaknya susah dihilangin wkwkwkwk...
Mitos udah keburu
berkembang di masyarakat. Masyarakat udah keburu percaya kalo yag amanya lesung
pipit itu bisa muncul karena jasa cabe atau bawang merah. Tapi kita tahu gak
sih kalo sebenernya lesung pipit itu adalah sebuah kecacatan/kelainan otot pipi
yang diturunkan??? Kecacatan terjadi pada otot Zygomaticus utama dan bisa jadi
otot Zygomaticus utama itu terbelah dua atau lebih pendek dari yang sewajarnya,.
Oleh karena itu, karena kelainan itu maka ketika seseorang yang berlesung pipit
tersenyum atau berbicara, maka akan terjadi penarikan pada otot yang mengalami
kelainan itu. Penarikan itulah yang akan membuat lesung di pipi kita. So,
lesung itu gak bisa diciptakan sendiri tapi harus berdasarkan genetic. Bukan
cabe atau bawang merah yang menurunkan lesung di pipi kita, tapi oorang tua
atau mbah kita atau siapa kek yang masih keturunan kita lah yang bisa menurunkan
lesung pipit. Jadi, kalo ada orang tua yang punya lesung pipit, maka ada
kemungkinan anaknya bakalan punya lesung pipit juga. Contohnya aku and adekku.
Kami sama-sama punya lesung pipit di sebelah kanan dan juju raja sih kami gak tahu
siapa yang menurunkannya, soalnya sepengathuanku oortuku gak punya lesung
pipit. Tapi bisa jadi lesung di pipi mereka udah gak keliatan karena menurut
penelitian, biasanya lesung pipit bakalan gak terllihat kalo kita udah dewasa
atau udah tua karena kulit kita memang udah kendor and renggang.
Bukti lain yang
juga mematahkan mitos cabe and bawang merah pencipta lesung adalah ada beberapa
kasus orang tua yang menusukkan cab eke pipi bayinya yang baru lahir tapi pipi
sang bayi tak kunjung menampakan cekungan, bahkan sampai si anak tumbuh menjadi
balita. Itu tentu bisa membuktikan bahwa cabe atau bawang merah memang bukan
pencipta lesung. Si bayi emang gak punya gen kelaianan otot pipi, jadi ya gitu
deh. Meski ditusuk pake ulekan juga gak bakal muncul kalo dia gak punya bakat
yang diturunkan secara genetis.
Itu dia
sekelumit bahasan tentang lesung pipit dilihat dari kacamata medis. Nah kalo
dilihat dari kacamata social atau psikologis, gimana ya??
Menurut survey kecil-kecilan
yang aku lakuin di facebook kemaren and juga dari surbvei pengalaman yang aku
alami selama hidup di dunia sebagai cewek berlesung pipit, maka aku bisa
mengemukakan beberapa statement..
Ketika beberapa
orang ditanya soal cewek/cowok berlesung pipit, maka jawaban mereka
bervariatif. Ada yang bilang cute, manis, gemesin, punya daya tarik, lembut,
murah senyum, sensitive, cantik, and bla-bla-bla. Wah, komentarnya kok yang
bagus-bagus semua ya. Hmm, tapi beberapa orang berpendapat emang kalo cewek atau
cowok punya lesung pipit, pasti keliatan cantik. Tapi menurutku sih, kalo emang
dasarnya cantik ya cantika aja, iya gak???
Nah, pertanyaan
lain adalah....ketika seseorang dapat dilahirkan kembali, apa yang akan ia
pilih? Berlesung pipit atau gak? Dan jawabannya adalah...kebanyakan orang memilih
untuk bisa mendapatkan lesung pipit jika ia bisa dilahirkan kembali. Wow,
segitu magic nya ya lesung pipit. Banyak banget yang pengen punya lesung pipit.
Eits, tapi gak semua orang pengen punya lesung pipit lho. Ada juga orang yang
gak mau punya lesung pipit, alasannya sih karena lesung pipit itu kayak mbah-mbah
yang pipinya kempot. Bener juga sih kalo dipikir-pikir...
Mau percaya
atau gk, tapi sometime lesung pipit bisa bawa rezeki. Kok bisa? Ya, itu sih
menurut pengalamanku. Beberapa cowok biasanya tertarik pada cewek berlesung
pipit and alhasil bisa kesengsem gitu. Siang malem bisa mikirin senyuman si
cewek. Ngejar-ngejar gak patah arang. Ngasih ini itu saking kesengsemnya. Dan
itu bisa bawa keuntungan buat si cewek. Si cewek bisa makan gratis, bisa beli
ini itu dibayarin si cowok, pokoknya rezeki nomplok. Gak percaya ya? Garing ya?
Ya up to you deh...
Kalo gitu,
Afghan bisa jadi enyanyi arena dia punya lesung pipit ya?? Ya gak lah!!! Dia
bisa jadi penyanyi karena jalan takdirnya emang kayak gitu! #bukan jawaban
akademisi wkwkwkwk
Udah dulu ya
nulisnya...mau belajar nih..belajar apa??? Belajar ngukir cekungan di jidat
wkwkwkwk...
Salam Idiot!!
yuk kunjungi www.dinus.ac.id
Selasa, 12 Maret 2013
The Miracle of Keripik Tempe :D
Sepanjang kalian hidup di dunia ini, ada yang pernah ngalamin yang namanya "Keajaiban" atau "Miracle" gak? Pastinya setiap orang udah pernah ngalamin ya, entah keajaiban cinta, keajaiban sebuah senyuman, atau keajaiban apa aja deh. Nah, keajaiban itu rupanya nemplok juga dalam kehidupanku hari ini. Tepat di sore nan teduh ini, di bawah langit kota Semarang, di pinggir kampus UDINUS, aku dapetin sebuah keajaiban dari sebungkus "Keripik Tempe" yang rasanya menggoyang lidah. Keren gak tuh???? Keren kan???
Nah begitu itu deh, gak nyangka banget aku menemukan jawaban dari segala gundah gulana and kegalauan yang super dahsyat yang beberapa hari ini mengganggu pikiranku sampe bikin aku kurus kering kayak model-model Hollywood. Yup, bebrapa hari ini aku emang galau gara-gara Blog. Ya, Blog, Blog Catatan Idiot Si Dodol-Oneng ini yang bikin aku galau stadium akhir. Blog-ku error...gak tahu deh apa penyebabnya, yang jelas, tulisannya ngaco, gak bisa kebaca. Wah, panik banget!!! Secara aku dapet tugas dari kampus, tugas soal Blog gitu. Kebayang kan gimana paniknya aku? Gak bisa login ke Blog, gak bisa posting tulisan, padahal temen-temen udah keren banget sama Blog-nya masing-masing..
Demi menjawab kegalauanku itu, akhirnya aku mengembara dari satu facebook profil ke facebook profil lainnya, tanya sana-sini, nangis bombay segala, tapi I got nothing, gak ada yang bisa bantu. Dan, Give up! Ya, give up...aku give up aja deh. Tapi eh ternyata, setelah aku putuskan tidur siang hari ini, dan terbangun di sore hari karena mendapkan sebungkus Keripik Tempe dari a nice mother, akhirnya ilham itu aku dapatkan. Iseng-iseng buka Blog, eh tak disangka Bllog-ku kembali seperti semula, tanpa diotak-atik, tanpa dibawa ke bengkel ketok magic. Untung aja belum sempet dibawa ke ketok magic, kalo udah terlanjur bisa gawat, salah-salah berubah jadi apaan tuh Blog-ku..
Nah, itu dia The Miracle of Keripik Tempe....seru gak? Gak seru ya??? Ya udah deh gak apa-apa kalo gak seru, yang penting aku mostingnya seru banget karena sambil jingkrak-jingkrak di atas kasur wkwkwkwkwk...
Salam Idiot!!
www.dinus.ac.id
Nah begitu itu deh, gak nyangka banget aku menemukan jawaban dari segala gundah gulana and kegalauan yang super dahsyat yang beberapa hari ini mengganggu pikiranku sampe bikin aku kurus kering kayak model-model Hollywood. Yup, bebrapa hari ini aku emang galau gara-gara Blog. Ya, Blog, Blog Catatan Idiot Si Dodol-Oneng ini yang bikin aku galau stadium akhir. Blog-ku error...gak tahu deh apa penyebabnya, yang jelas, tulisannya ngaco, gak bisa kebaca. Wah, panik banget!!! Secara aku dapet tugas dari kampus, tugas soal Blog gitu. Kebayang kan gimana paniknya aku? Gak bisa login ke Blog, gak bisa posting tulisan, padahal temen-temen udah keren banget sama Blog-nya masing-masing..
Demi menjawab kegalauanku itu, akhirnya aku mengembara dari satu facebook profil ke facebook profil lainnya, tanya sana-sini, nangis bombay segala, tapi I got nothing, gak ada yang bisa bantu. Dan, Give up! Ya, give up...aku give up aja deh. Tapi eh ternyata, setelah aku putuskan tidur siang hari ini, dan terbangun di sore hari karena mendapkan sebungkus Keripik Tempe dari a nice mother, akhirnya ilham itu aku dapatkan. Iseng-iseng buka Blog, eh tak disangka Bllog-ku kembali seperti semula, tanpa diotak-atik, tanpa dibawa ke bengkel ketok magic. Untung aja belum sempet dibawa ke ketok magic, kalo udah terlanjur bisa gawat, salah-salah berubah jadi apaan tuh Blog-ku..
Nah, itu dia The Miracle of Keripik Tempe....seru gak? Gak seru ya??? Ya udah deh gak apa-apa kalo gak seru, yang penting aku mostingnya seru banget karena sambil jingkrak-jingkrak di atas kasur wkwkwkwkwk...
Salam Idiot!!
www.dinus.ac.id
Langganan:
Postingan (Atom)